Oleh: Safrizal
Salah satu problematika yang dihadapi ummat Islam saat ini adalah masalah kemiskinan. Negara-negara Muslim kerap diidentikan dengan kondisi masyarakat yang kumuh, bodoh, dan miskin. Penghinaan dan penindasan juga kerap dialami oleh masyarakat muslim dunia. Negara-negara muslim tidak berani melawan dan menyatakan sikap karena takut diembargo secara ekonomi oleh negara-negara kafir yang pada saat ini menjadi penguasa dunia. Padahal ummat Islam dalam Alquran diberi gelar “Kuntum khoiru ummah” atau ummat terbaik, tapi melihat kondisi ummat Islam sekarang sungguh memprihatinkan, bagaikan buih di tengah lautan. Ummat Islam jumlahnya banyak tapi tidak berdaya menghadapi gelombang kehidupan.
Sebenarnya, akar permasalahan dari problematika ekonomi yang dihadapi oleh ummat Islam di dunia ini adalah sistem perekonomian yang salah. Ummat Islam masih menganut sistem ekonomi kapitalis (sistem ekonomi ribawi) yang merupakan produk dan hasil pemikiran orang kafir. Bagaimana Islam bisa menjadi pemenang jika aturan main yang dianut adalah aturan main orang non Islam. Allah juga tidak akan menurunkan rahmat dan berkah-Nya ke dalam rezeki ummat Islam yang di dapatkan secara tidak halal.
Ekonomi kapitalis akan menyebabkan kekayaan terpusat pada segelintir orang atau negara, dan menyebabkan semakin besarnya gap/ketimpangan antara kaya dan miskin. Kontrol ekonomi sebuah negara dipegang oleh orang kaya dan pemilik modal. Dalam hal mendapatkan modal kerja misalnya, para pemilik modal berlomba-lomba mendirikan perusahaan keuangan dengan dalih membantu masyarakat kecil untuk mendapatkan modal kerja. Dengan memanfaatkan kebutuhan masyarakat dan kekuasaan penuh yang mereka miliki, para pemilik modal menetapkan bunga yang besar dari modal yang mereka pinjamkan.
Hal ini sebenarnya sama sekali tidak membantu masyarakat kecil untuk bangkit dari kemiskinan mereka. Sebaliknya, masyarakat miskin akan semakin disulitkan untuk mengembalikan modal dengan bunga yang sangat besar. Pemilik modal akan selalu menjadi pihak yang diuntungkan dan masyarakat miskin akan tetap miskin karena menjadi korban kejahatan bisnis pemilik modal. Masyarakat miskin yang bekerja keras untuk memutar uang dalam dunia usaha akan tetapi yang kaya adalah pemiliki modal.
Islam sebenarnya memiliki aturan main ekonomi sendiri. Islam adalah agama yang komprehensif, jelas dalam setiap sektornya, termasuk sektor ekonomi. Islam sangat menginginkan pendapatan dan kesejahteraan ekonomi yang merata. Allah berfirman:
”.....supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”
(Al-Hasyr:7)
Ada nilai moral dalam ekonomi islam yaitu Qonaah, menghindari mubadzir, tidak serakah, tidak bersifat konsumtif. Ada instrumen pemerataan seperti zakat, infaq shadaqah. Ada peran pemerintah (tadakhul dauliyah) yang menjaga maqasid syariah, menjaga kemaslahatan orang banyak.
Ekonomi Islam sangat identik dengan ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan sangat berpihak pada kepentingan rakyat banyak, sangat powerfull pada bagaimana pemerataan pendapatan dan kesempatan sehingga masyarakat dapat menikmati kesejahteraan. Sinergi yang paling efektif adalah menanamkan nilai moral dan syariah pada ekonomi kerakyatan. Kehalalan, Kejujuran, keadilan, menghindari kezhaliman, menghindari kemubadziran dan hal yang tidak bermanfaat, menghindari hal yang haram adalah suatu nilai moral yang dapat meningkatkan nilai lebih dari sinergi ini.
Inilah sebenarnya salah satu titik tekan ekonomi dalam islam, selain intrumen bebas riba dengan segala derivasinya, dalam sistem ekonomi islam. Ekonomi yang berlandaskan pada moral yang tinggi. Semua orang boleh menjadi kaya, boleh menjadi besar jika memungkinkan, namun dengan anturan yang jelas, sesuai syariat, tidak menzalimi, berlaku adil, azas kesetimbangan, bermanfaat bagi orang banyak dan peduli dengan sesama.
Islam itu indah, rahmat bagi sekalian alam. Andaikan saja ummat Islam mau dan yakin menggunakan ajaran Islam dalam masalah ekonominya, niscaya Allah akan menurunkan rahmat dan kesejahteraan yang hakiki kepada ummat Islam. Jangan takut untuk keluar dari lingkaran setan perekonomian kapitalis dunia. Bukan pasar uang yang mensejahterakan sebuah negara, tapi pasar barang dan usaha riil yang melibatkan seluruh rakyat. Pasar uang adalah “lapak judi para pemiliki modal” yang hanya membuat nilai uang sebuah negara sangat fluktuatif dan membuat rakyat semakin sulit karena uang terkonsentrasi dan tidak beredar di masyarakat. Fokuslah pada kekuatan ekonomi rakyat dan pertumbuhan sektor usaha riil masyarakat. Biarkan uang beredar sebanyak-banyaknya di masyarakat. Karena sebuah negara dikatakan sejahtera apabila kesejahteraan itu meliputi seluruh rakyatnya, bukan milik segelintir orang saja. Wallahu a’lamu bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar