Oleh: Relawan Bina Desa Hijau Mandiri, Solo.
Banyak ungkapan bahwa bank adalah penyelamat ekonomi Bangsa. Tak heran pemerintah banyak menggelontorkan dana untuk menyelamatkan bank contohnya bank Century pemerintah telah menggelontorkan Rp. 6,7 triliun. Jumlah yang sangat fantastik sekali pemerintah mau menggelontorkan ke bank swasta dengan jumlah yang besar.
Apakah ungkapan bahwa bank mempunyai peranan peting dalam pertumbuhan ekonomi atau kah ungkapan ini hanya sebuah omongan belaka tanpa ada fakta. Kita lihat saja siapa yang menikmati bank dan siapa saja yang bisa mengakses bank. Apakah orang miskin bisa menikmati layanan bank dan mengakses bank. Jawabanya yang bisa menikmati bank adalah orang-orang kaya dan orang yang bisa mengakses pinjaman adalah orang kaya juga.
Fakta lain bahwa tidak ada satu pun bank yang mau mendirikan cabangnya atau unitnya di pedesaan yang mayoritas penduduknya tertinggal. Kita hanya menjumpai bank berdiri di dekat pasar minimal ada ditingkat kecamatan. Ironi sekali bank yang dianggap mempunyai peranan penting dalam ekonomi bangsa namun berkutat pada orang-orang yang mempunya tingkat kemampanan ekonomi yang cukup tinggi.
Indonesia mayoritas penduduknya adalah petani. Petani di Indonesia masih terggolong kurang maju, baik dari segi permodalan maupun dari segi pengolahan. Pengahasilan mayoritas petani adalah musiman atau tidak setiap saat bisa panen. Namun aneh sekali kebijakan yang terapkan oleh perbankan petani yang notabene berpenghasilan musiman jika meminjam bank harus membayar angsuran secara bulanan.
Dalam kata lain petani belum mempunyai penghasilan dari hasil panennya sudah harus membayar angsuran dan juga bunga. Apalagi hasil pertanian sangat tergantung dengan cara bertani (yang mayoritas petani Indonesia tidak mempunyai Ilmu pertanian) dan sangat tergantung pada Alam. Apalagi sekarang banyak petani yang mengalami gagal panen karena cuaca.
Tidak jarang jaminan yang menjadi syarat pinjaman disita oleh bank. Pemerintah sebagai regulator lebih mementingkan perbankan dari pada petani-petaninya. Perbankan kini menjadi momok bagi petani dan juga menjadi sandaran bagi petani untuk mencari modal.
Hal serupa bukan hanya pihak perbankan yang seperti ini, namun adanya koperasi, BPR, atau rentenir manjadi masalah tersendiri bagi petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar